Dahulukala di tepi pantai dekat sungai cerucuk di belitung. Hiduplah keluarga yang sangat miskin. Anaknya bernama si Kulup. Pekerjaannya sehari-hari mencari buah-buahan di hutan dan daun-daunan seperti Kangkung,rapa (keladi air),pucuk ubi kayu dan rebung.Setelah banyak pendapatannya, baru di masukan kedalam keranjang, lalu di bawanya berjual berkeliling kampung.
Begitulah setiap hari dikerjakan mereka bertiga. Pada suatu pagi, waktu fajar hendak menyingsing, Pak kulup _demikian menyebut ayah si Kulup _ pergi pula seperti biasa mencari tumbuh-tumbuhan, Di mana ia hendak mencari rebung yang masih muda. Waktu pa Kulup baru saja mau menepak rebung yang tepat umurnya akan di jadikan sayur, . . . . . maka terlihat oleh si miskin ada sebatang tongkat melintang dalam rumpun buluh yang berebung itu. Tongkat itu mula-mula oleh pa kulup hendak di buang, karena menyusahkan dia menetak rebung tadi . Tetapi waktu dipungut, terlihat olehnya, Bahwa tongkat tadi bertabur dengan intan, Merah delima dan permata lainnya.
"Hai!" Kata pa kulup, "Ini alamat baik! Harta karun ini gerangan , ataukah tongkat Nabisulaiman mungkin , . . . . . Ah, kaya kita kini." Rebung tidak jadi di ambilnya. Dengan was-was, Pa kulup menengok ke kiri dan ke kanan. Setelah ternyata tidak ada apa-apa. ia segera melompat, lalu berjalan tanpa menoleh-noleh lagi pulang kerumahnya dengan membawa tongkat tadi.
Sesampai di rumah, tak dilihatnya ada manusia seorangpun. Dibukanya pintu dapur . . . . . Kiranya ada juga orang. Si kulup sedang berbaring di balai-balai. "Lup, mana emakmu?"tanya si miskin . "Entahlah, Pak, tadi ada di dalam rumah. Aku masih mendengarnya baru saja." "Pergilah, lup, dancari emakmu. Panggil ia pulang." "Tidak mau, pak, saya sangat lelah habis mendorong kereta," jawab si kulup, tanpa bergeser dari pembaringan nya.
"Idiih, susah betul, . . . . . menyuruh engkau ini." terdengar suara pak kulup agak kesal. Ia ke luar rumah, pergimemanggil sendiri istrinya yang sedang bertandang di rumah tetangga.
Tidak lama kemudian pak kulup dan ya' embi' (ibu si kulup) telah kembali. Sampai dirumah, sekeluarga mulai berunding tentang tongkat yang ditemukan tadi. "Kalau saya,"kata ya' embi' "baiklah dijual saja, sebab kalau disimpan susah merawatnya, Dimana pulahendak menyimpan,"Pak kulupmenjawab, "Engkau tidak mau payah-payah! Baik disimpan saja dulu. Mungkin nanti ada yang mencarinya."
"Habis mau disimpan di mana? Kita tidak punya almari atau peti"ujar ya' embi'. kulup tidak mau ketinggalan rundingan itu,katanya," iya,Pak jual saja! Coba pikir, kalau ada orang yang mencuri, kita tinggal menggigit jari."
Akhirnya tongkat itu akan di jual saja.yang menjualnya si kulup, yaitu ke negeri lain. Si kulup telah pergi merantau untuk menjual menjual tongkatnya. Tidak lama kemudian, tongkat itupun telah terjual mahal sekali. Si kulup kini sudab kaya, ia tidak mau pulang kembali ke orang tuanya. ia tetap di rantau orang mencari hubungan yang baik. Lama ia diam di negerilain itu. Karna selalu berkawan dengan anak-anak saudagar,maka ia pun diambil menantu oleh orang paling kaya di dalam negeri itu.
Setelah bertahun-tahun ia beristrikan anak saudagaritu,oleh mertuanya si kulup di suruh berniaga ke negeri lain pula. Ia lalu membeli kapal besar sekali. Anak buah yang akan bekerja di dalam kapal itu telah cukup lengkap. Kapalnya pun telah di perlengkapi, siap akan berangkat berlayar. Si kulup meminta diri kepada mertuanya, mohon di doakan, agar selamat dalam perjalanan dan berhasil mengembangkan daganga.Istrinya dibawa serta untuk mengawaninya berniaga.
Ditengah jalan terpikir oleh si kulup untuk singgah sebentar kekampungnya. Setelah berlayar kurang lebih setengah bulan, sampailah kapal itu di muara cerucuk. Mereka berlabuhlah. Hiruk pikuk suara angsa,itik,ayam dan lain-lain binatang perbekalan. Orang tua si kulup mendengar berita, bahwa anaknya datang membawa kapal. Memang mereka sudah rindu. Lekas-lekas disediakan makanan kesukaan anaknya dahulu, panggang kerak, rebus belut dan ketupat untuk menjamu anaknya di kapal nanti. Setelahsiap perbekalannya, orang tua si kulup dengan hati gembira pergi ke kapal. Alangkah kecewanya, waktu sampai di kapal, pa kulup serta ya'embi' yang hanya berpakaian sederhana saja, tidak disambut kegirangan oleh anaknya _ sebaliknya, mereka di usir hendak di sepak dari geladak. Buah tangannya di tendang-tendang. Si kulup sendiri berteriak, "pergi! jahanam! akutidak punya otangtua di sini. Enyah! minggat lekas. Aku tidak ingin kapalku dikotori orang miskin seperti kau! Bangsat,penipu, mengaku diri orang tua awak."
Pa kulup serta istrinya,mendengar anaknya mengenyah-enyahkannya, sangat merasa terhina lalu lekas-lekas balik ke darat. Setibanya , di darat patah hatinya. Terutama emaknya. Karena geramnya ia bersupah, "Kalau saudagar itu benar-benar anaku si kulup yang telah kubesarkan, dan kini tidak mau mengaku kamisebagai orang tuanya,aku berdoa, mudah-mudahan kapalnya itu karam."
Setelah berkata demikian, ya' embi ' di bimbing pa kulup balik kerumah,sambil meneteskan air mata. entah apa sebabnya,belum lagi pa kulup serta ya' embi' sampai diruma, maka kapal nahkoda yang sombong itu mulai terendam air. Akhirnya karam tanpa seorangpun yang dapat tertolong. Berbulan-bulan kemudian, di tempat kapal besar itu tenggelam, timbullah pulau yang menyerupai kapal. pada malam jum'at kerap kali terdengar suara angsa,itik,ayam dan lain-lain nya di pulau baru itu. Itulah binatang-binatang yang di bawa si kulup dahulu dalam kapalnya. konon pulau itu masih ada dengan nama: "PULAU KAPAL."
0 komentar
Post a Comment